Agus Salim Batubara

Guru Sejarah Indonesia di SMA DHARMA PATRA Pangkalan Berandan. Alumnus Sagusabu Langkat 2019. Dilahirkan pada 17 Agustus 1976. Mewujudkan mimpi mendokumentasika...

Selengkapnya
Navigasi Web

RambuRambu Berbicara

Senang bicara? Hati-hati. Sebab tidak semua pembicaraan bermanfaat. Bicaralah pada tempatnya. Tak perlu berpanjang lebar hingga membosankan. Sampaikan saja seperlunya. Tak perlu bergaya seperti pengamat di layar televisi. Apalagi berusaha menimbulkan kesan sebagai orang yang berwawasan luas.

Bicara bukan sekadar untuk gagah-gagahan. Atau barangkali untuk menarik perhatian dari orang lain. Tidak sama sekali. Ini dilakukan sebagai sarana berkomunikasi dengan sesama manusia. Gunakan kata dan bahasa yang mudah dipahami. Terlebih saat berada di tengah keramaian. Perkataan yang sudah terucap sulit untuk ditarik kembali. Apalagi jika telah menyinggung perasaan orang lain. Sakitnya sulit untuk dilupakan.

Tak perlu bicara layaknya seorang orator. Karena tidak semua orang memiliki bakat untuk itu. Namun, seni berbicara patut dipelajari. Bukankah berbicara memiliki tujuan-tujuan tertentu? Maka dari itu, kemampuan berbicara tak boleh dipandang sebelah mata.

Bicaralah dengan menimbang rasa. Meskipun baik yang disampaikan belumlah tentu disukai. Namun perlu diingat, jika suatu saat nanti akan dipaksa berbicara walaupun banyak yang tak suka. Kebenaran tak boleh disembunyikan selamanya. Kebenaran dan kebohongan selalu bertarung dalam setiap pembicaraan. Beruntunglah orang-orang yang terjaga ucapannya.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Sepintas setelah membaca hadits Nabi SAW di atas, ternyata bicara yang baik merupakan tanda orang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir. Bahkan, jika seseorang diam karena tak mampu berkata yang baik, dirinya sudah termasuk orang yang beriman. Menurut Syekh Abdus Shamad Al Falimbani, kegunaan lidah bagi orang beriman hanyalah untuk sebagai berikut :

1.    Memperbanyak zikrullah.

2.    Membaca Al Quran.

3.    Menyampaikan segala macam bentuk jalan menuju Allah dan negeri                       akhirat.

4.    Menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah untuk berbuat kejahatan.

5.    Menyatakan apa yang ada di hati kita untuk kepentingan dunia dan akhirat. 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus Pak. Numpang nanya, cara menulis Arab bagaimana ya?

23 Jan
Balas



search

New Post